Warung SDN Jegreg

Dua warung di SDN Jegreg, Mbah Ri dan Mbak Sum, para siswa-siswi menjajankan uang saku mereka di sana dengan suasana canda tawa.

Warung SDN Jegreg/Lengkong/Nganjuk - Kalau ingin beli bubur sumsum di warung Mbah Ri, tiap hari pasti tersedia. Siswa yang lain beli jajanan, di belakang gedung sekolahan, warung Mbak Sum meskipun masih terbilang muda dibanding dengan punyanya Mbah Ri, sejuk di sana. Juga ramah cewek—saya pikir.

Warung SDN Jegreg - amaryk.id
Designed by Muis Amaryk
Selatan atau bagian belakang sekolah itu hamparan sawah. Di warung Mbak Sum paling enak buat jajan gorengan; tahu isi, ote-ote (bakwan), pelas (dadar jagung), dll. Cabainya langsung ambil dari pohonnya. Pinggir bagian selatan Mbak Sum ditanami cabai. Kami, apalagi saya, paling hobi nongkrong depan tanaman tersebut. Cabainya masih segar dan ganas. 

Dulu ada warung SDN Jegreg lagi, sebelum warung Mbak Sum berdiri, adalah warung bagian barat sekolahan SDN Jegreg. Namun, saya kesulitan mengingat warung siapa. Sudah ada sejak pertama kali saya masuk, 2003. Dua warung SDN Jegreg: Mbah Ri dan bagian barat sekolahan. Dan, di susul Mbak sum.  

Antara tahun 2003—2004 saya habiskan di dua warung tersebut, Mbah Ri dan Mbak Sum, ketika ngaso (istirahat), dengan teman-teman kelas dan teman dekat saya lainnya. 

Mbah Ri sudah usia lanjut waktu itu. Kami para anak-anak SDN Jegreg sudah dianggap cucu oleh beliau. Oleh sebab itu, kami cukup krasan (betah) khususnya saya. Dan, menu favorit saya adalah bubur sumsum, yang isinya didominasi oleh nasi yang sudah dinanak lembut, ditambah santan, dan gula merah yang sudah dicairkan. Dipatok harga 500 Rupiah.  

Harga tersebut sama dengan separo uang jajan saya tiap harinya. 1000 Rupiah tiap hari orang tua berikan—naik 500 Rupiah dari nilai uang saku saat TK. Separonya biasanya saya simpan untuk tabungan guna membeli mainan—menabung adalah metode alternatif untuk bisa mendapat mainan seandainya minta uang orang tua dengan niat untuk membeli mainan jelas tidak boleh.

Warung Mbah Ri terletak di utara sekolahan SDN Jegreg, pinggir jalan raya. Beliau memilih tempat tersebut dimungkinkan karena dekat dengan rumahnya sendiri yang terletak tak jauh di seberang utara jalan raya. Saat berjualan, tinggal menyeberang ke selatan, praktis.  

Cerita lain, waktu itu saya tidak terlalu mengerti kenapa para guru sering memarahi kami saat beli jajanan di warung Mbah Ri, kadang. Mungkin karena letak warungnya (?) dan saya tidak pernah memikirkan lebih lanjut kejadian-kejadian tersebut, masih anak-anak.  

Kalau diingat-ingat dengan kondisi sepuhnya Mbah Ri, kalau dilarang beli, Mbah Ri dapat uang dari mana? Namun, saya juga cukup sadar kenapa para guru kadang melarang kami beli di sana. Kami gampang bermain. Takutnya jika ketabrak.  

Se-sempat mungkin saya gilir untuk membeli di dua warung SDN Jegreg tersebut. Hari ini di Mbak Sum besok di Mbah Ri sampai saya tamat SDN Jegreg. 

Setelah pindah jenjang sekolah yang lebih atas (MTsN Lengkong) saya tidak pernah sambang mereka lagi. Keinginan untuk mengunjungi mereka atau hanya sekedar main saja muncul saat saya sudah menjadi mahasiswa. Kira-kira berjarak 6 tahun sejak saya tamat SD


Pojok Kamar, 24 Jun. 22

Muis Amaryk 

Posting Komentar

© Amaryk.id. All rights reserved. Developed by Jago Desain