JL DPU RAYA NO 49 Desa Jegreg

penghubung antar kecamatan, juga kadang disebut jalan alternatif Surabaya-Jakarta, JL DPU RAYA NO 49 memuat nuansa desa Jegreg tempo dulu.

Pertama kali saya mengenal dan melihat jalan ini (sadar) saat saya sudah pindah rumah di ujung desa Jegreg utara JL DPU RAYA NO 49, sebab Ayah harus mengurus tempat ibadah, sebelum alamat jalan tersebut tertera di-KTP. Saya masih mengenang jalan ini belum semulus hari ini. Tidak pantas di sebut jalan raya dengan pemahaman saya sekarang dibanding dengan jalan raya di kota. 

JL DPU RAYA NO 49 Desa Jegreg
Designed by Muis Amaryk
Saya selalu menganggap bahwa JL DPU RAYA NO 49 itu adalah jalan desa seperti jalan di pelosok desa-desa di kecamatan Lengkong. Apakah sudah beraspal? Belum. Semua masih banyak genangan air kalau dalam kamus daerah saya yakni jembrot (berlumpur). 

Waktu itu sudah ramai pula ini jalan. Transportasi umum berbondong-bondong melintas: dokar, mikrolet (mobil angkutan umum), becak ontel, dan sepeda ontel. hari ini, jalan ini sudah cukup jauh bertransformasi, mengikut dengan sekeliling jalannya. 

Jalan kaki adalah menu utama warga setempat. Dan itu biasa pun lumrah. 

Saya mengingat dulu ada nenek yang pulang dan pergi lewat jalan ini. Posisi ‘jalan’nya sendiri memang di depan rumah. Mereka para nenek itu membawa ranjang di punggung. Membawa hasil bumi untuk dijual di pasar dan pulang dengan isi barang baru untuk kebutuhan rumah tangga. Ada juga yang dijual kembali, saat perjalanan pulang, jika ada warga yang menawar.

Tatih jalan mereka, tiap keringat yang keluar dari wajah mereka dan keringat yang kentara dari baju mereka. Masih terlintas di benak. Perjalanan berangkat pulang mereka menjadi hiasan kenangan pengingat JL DPU RAYA NO 49 ini. 

Kesadaran ingatan ini pada tahun 2002 sebelum dan di waktu saya masih TK. Sayangnya, alat pendokumentasian, dulu, tidak semarak masa kini. Kendaraan motor masih jarang dan belum ada pom bensin di daerah kecamatan Lengkong, apalagi pabrik. Masih desa sekali seperti belum terjamah oleh orang luar. 

Saya sering menyusuri JL DPU RAYA NO 49 ini saat libur sekolah. Di hari minggu juga pada libur semester panjang dengan teman-teman desa—masa SD. 

Sampai hari ini—saya sudah menginjak remaja setengah dewasa—pun kadang cukup sering melakukan aktivitas jalan pagi, jongging. Bukan untuk berjibaku dengan romantisme kenangan masa lalu tapi memang untuk kesehatan raga. 

Saya dulu tidak pernah membayangkan bahwa JL DPU RAYA NO 49 ini akan semulus sekarang. Perubahan sekitar turut mengiringi perubahan pola pikir saya. Dengan cukup bijak, hari ini, saya bisa mengatakan bahwa siklus ini 'wajar', konteks modern. Kemajuan pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat juga kebutuhan ekonomi manusia menjadi referensi kuat segala macam "kebaharuan".

Sebenarnya ingin bilang kalau bisa jangan ada perubahan. Biar nuansa desanya masih terasa. Tetapi, ya sama dengan manusia bodoh jika saya ngotot dengan keinginan tersebut. Kekanak-kanakan. 

Pojok Kamar, 24 Jun. 22

Muis Amaryk


Posting Komentar

© Amaryk.id. All rights reserved. Developed by Jago Desain