Mengintip Desa Jegreg ‘Lagi’

Jegreg nama desa yang cukup aneh jika didengar, menarikkah di sana? Tidak juga, membosankan pun tidak.

Jegreg nama desa yang cukup aneh jika didengar, menarikkah di sana? Tidak juga, membosankan pun tidak. Lalu? Kembali kepada orang-orang yang memandangnya.

Desa ini masuk dalam satuan kecil dari kecamatan pada umumnya, Lengkong—nama kecamatan. Terletak di ujung utara kabupaten Nganjuk—masih ada desa lagi paling utara—bersanding kecamatan Jatikalen dan Gondang—barat--timur. Tetangga desanya sendiri ada; Lengkong, Sawahan, Balongasem, juga Prayungan. 

Mengintip Desa Jegreg ‘Lagi’
Designed by Amaryk

Memilik satu dusun, Duwel—namanya. Tanpa jeda geografis, Jegreg dan Duwel itu berdampingan. 

Sewaktu saya masih kecil, desa ini sudah cukup ramai—pagi dan sore (subjektif). Karena, ada jalan perlintasan menuju ke pasar utama di kecamatan Lengkong. Desa Jegreg adalah salah satu desa yang dilintasi orang-orang ke pasar, juga, bagi pelajar berangkat--pulang sekolah—di tempat itu pula bangunan pendidikan formal berdiri.

Jegreg dulu sudah hidup dengan lalu-lalang penduduk, dalam ataupun luar desa ‘kecamatan’. Saat ini menjadi ‘agak’ ramai lagi, mungkin akan menyerupai kondisi perkotaan ‘kelak’. Sejak tahun 2015, berdiri lima pabrik di kecamatan Lengkong—dulu wacana; sedangkan, sudah berdiri ‘masih’ dua pabrik, masuk dalam administratif desa Jegreg dan desa Lengkong. 

Dua pabrik tersebut dibangun di tanah produktif, persawahan—dulu terlihat hijau sekarang putih bangunan. Jika melintas atau menuju ke pasar dari arah barat, dua pabrik itu pasti terlihat. 

Rapi dan megah dari luar bangunan. Setara dengan kemegahan yang dapat ditimbulkan nanti; gersang ‘mungkin’ bisa terjadi mengingat siklus perairan sekitar desa sendiri apabila musim kemarau tiba, ‘sumber’ air menjadi dalam. Banyak faktor ‘sebenarnya’ namun dalam kondisi sebelumnya saja, daerah ini sudah terjangkit ‘lumayan’ kering. 

Perihal kekeringan sering terjadi, misal, di Desa Kepung, Dusun Sendang Gogor, masih wilayah Kecamatan Lengkong. Acap mengalami kekeringan per tahunnya (?)—kurang air. Walhasil, bila musim kemarau tiba, orang-orang di sana memfungsikan air PDAM. 

Memang kesangsian untuk desa Jegreg belum terjadi, ini hanya spekulasi ‘liar’. 

Bagi warga Jegreg cukup terbantu dengan adanya pabrik tersebut, sebagian mengadu nasib di sana. Terutama untuk anak muda/mudi. Ekonomi jadi terangkat. Tidak perlu merantau—seperti yang terjadi sebelum-belumnya—jauh ke kota Surabaya, dan sekitar, atau ke luar pulau Jawa demi mencari uang. 

Tinggal di rumah-bersama-keluarga uang sudah bisa di dapat, saat ini. Praktis. Tidak ada pulang lebaran, mudik. Sebab, tidak pergi ke mana-mana. 

Situasi ini sudah berlangsung sekitar lima tahunan. Entah nanti bakal berubah atau tidak—masih dalam pemantauan. 

Sedikit demi sedikit ekonomi warga desa Jegreg terlihat membaik—untuk keluarga mereka yang bekerja di pabrik. Mereka yang tidak bekerja ‘di pabrik’ bisa di bilang keluarga menengah ke atas, cukup mampu. Sekilas. 

Tentang pabrik masih belum menjadi pembahasan panas. Adapun selesai dengan cepat—panggil Pak Lurah beberapa hari redam. Selesai—tetapi bukan di sini titik poinnya. 

Dengan adanya bangunan tersebut Desa Jegreg menjadi lintas lalu-lalang. Ramai pada awal jam-jam bekerja. Aktivitas bertambah. Jelas keadaan ini terasa bagi penduduk Desa Jegreg  yang tinggal di Jalan DPU RAYA. Untuk yang rumahnya masuk ke dalam desa, cukup tenang, bahkan terasa tidak ada perubahan(?). 

Lagi, sepintas jika diraba sedikit-dalam keadaan ini. Desa Jegreg berpotensi ramai dan padat. Bagi pebisnis kemungkinan besar sudah memprediksi keadaan ini. Mereka segera siap-siap menjemput uang. Dan, bagi yang lain—bukan pebisnis—mereka tetap ‘masih’ tenang menunggu perubahan. 

Desa Jegreg itu desa ,umumnya, adalah desa yang sedang mengalami perubahan ‘suasana’ setelah ke hadiran industri dibangun di wilayahnya. Saya tak patut jika tidak turut bersyukur atas perubahan tersebut—condong dalam keadaan positif (ekonomi)—juga, tak patut pula jika saya tidak mengurai keadaan yang lain. Tabik.

Pare, 14-03-‘22

Muis Amaryk

Posting Komentar

© Amaryk.id. All rights reserved. Developed by Jago Desain