Cerita Kemarin Malam

Abdi akut, tak pernah luput atas kegirangan tak penting. Terus maju dan patuh adalah semboyan pasti

Perlahan namun pasti, semesta menekuk restunya. Semakin, lama, perabotnya bertambah. Kedirian. Semestinya menunduk. Dan, tidak pernah mendongak. Meskipun demikia, untuk sebatas ‘tahu’ apa itu, jangan? Tidak patut.

Cerita Kemarin Malam
Designed by Amaryk

Abdi akut, tak pernah luput atas kegirangan tak penting. Terus maju dan patuh adalah semboyan pasti. Mendengar satu arah jika dari luar. Selebihnya, adalah prinsip diri. Merdeka ‘kata’nya. Bebas, tanpa ikat. Maka itulah terikat. Menyadar. Kepalsuan. Pasti pula.

Pucuk diri-pun datang. Tiba selangkah lebih maju atas kilat pikiran. Semestinya. Semesta tidak juga tunduk. Atas laku-laku yang tidak jelas. Sembunyi. Rapat dan tak kenal lelah. Sampai suatu waktu terketuk dan atau sampai terdobrak.

Konsep pikiran seperti pola benang kusut. Tak terjamah dengan keniscayaan pasti. Terlalu, mengenaskan. Tapi, kata orang ini nikmat. Proses. 

Menjurus ke lingkar tuju. Sadar atau tidak sadar. Ini adalah siklus diri—kelompok dan juga individu. Berganti sampai suatu hal menjemput. Tapi tidak sekedar atau sebatas pikiran. Ada aksi yang menyatu dan lebur. 

Inspirasi, itu ide khayalan, menjadi wujud-sebab-kesempatan-pilihan yang terfokus. Andai Sang Pelaku sadar, ia tembus.

Buntu bukanlah hambatan, ia hanya dinding bertangga yang perlu dilewati. Ketahapan, satuan proses di dunia ini. Yang cukup membuat rumit. Juga, tidak kentara. Sembunyi, sampai si pemilik memanggil mereka. Apapun itu, ia tetap akan terpanggil. Jika tidak, tergantung tingkat keseriusan untuk memanggil mereka dan waktu menunggu. Sabar. 

Ada kunci-kunci pola yang perlu disadari menjadi kesempatan pada tiap manusia—makhluk berotak tapi tidak sadar. Mengembalikan atau mencari kunci-kunci tersebut itu mudah-mudah gampang. Akan mudah, jika tingkat kepekaan diri kuat atau paham suatu keabstrakan. Menjadi sulit jika kedua poin tadi tidak pernah diasah. 

Tidak perlu cerdas. Ini hanya tentang rasa untuk dimunculkan sampai ke pemahaman tertentu. Jangankan keterikatan yang ada di sekitar. Jauh pun jadi. Itulah satu kejelasan untuk mengenal pola-pola diri ‘internal’.

Luar dari diri adalah pengembangan. Ada batas, tapi perlu sekali dilewati. Kita mengenal “lampaui batas”. Itulah mengapa, diri perlu memaksa dengan serius. Ada niat untuk menembus. Tembus sampai diri tidak mengenal ampun.

Atau selain di atas, bisa membuat pola sendiri. Penulis jatuh di sini. Taruhannya, kedilemaan tingkat akut. Sampai-sampai bimbang tidak menentu arah.

Resikonya adalah pada tingkat keberanian diri agar bertaruh dengan diri. Ketahanan untuk mengasah diri sampai pada tahap akhir. Kalau dipertimbangkan, tidak ada tahap akhir pada diri, kalau pun akhir itu adalah hembus terakhir juga.

Simpan dalam suatu keniscayaan dengan bijak.

Ada penyebutan, sebagian kurang suka, “jalan saja dulu ‘proses’ di suatu titik yang diinginkan dan nikamati jalan tersebut, jaga-jaga andai itu titik tinggal terakhir sebelum sampai ke titik tujuan, dengan ketidaksadaran kejutan-kejutan yang tidak pernah diperkirakan akan muncul.”

Anehnya, statemen di atas mengandung keamanan kuat atau kebohongan yang  tidak bisa dibuktikan, atau lagi, kebenaran yang tidak bisa dibenarkan. Sampai kiamat. Mungkin.

Kenyataannya jalan yang sudah ditetapkan (pasti) kelak mengalami sebuah reduksi—pengikisan. Entah itu disengaja atau tidak, namun umumnya itu tidak di sadari. 

Ketidaksadaran tersebut tidak begitu saja terjadi. Namun ada penyebabnya. Diri. Pastinya mengetahui andai cermat dan teliti. Ini pun butuh keterampilan terasah. Atau bayangkan jika tidak ada penyebab tetapi tiba-tiba muncul, tak akan pernah ada jawabannya. Dan itu, sulit untuk tidak dipercayai, jika sudah menyangkut kedirian. Mengacuh.

Dalam siklus dunia tidak pernah ada manusia yang tak lepas dari pola-pola rumit. Pun, menaklukkan itu hanya sebatas kejelasan spontan. Ternyata. 


Pare, 1 Mei 2022

Muis Amaryk

Posting Komentar

© Amaryk.id. All rights reserved. Developed by Jago Desain